Kamis, 20 September 2012

Belajar Bahasa Arab


                                              

                Dalam mempelajari bahasa asing termasuk bahasa Arab dikenal istilah ketrampilan berbahasa yang meliputi: berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis. Dalam membaca terdapat dua macam membaca yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Perbedaan di antara keduanya terletak pada maksud atau  tujuanpengajaran membacanya, dalam membaca permulaan tujuannya adalah memberikan kecakapan kepada siswa untuk mengubah rangkaian- rangkaian huruf menjadi rangkaian- rangkaian bunyi bermakna atau pengajaran yang menekankan pada pengajaran huruf dan rangkaiannya serta melancarkan teknik membaca, sedangkan pada membaca lanjut, tujuannya adalah melatih anak- anak menangkap pikiran dan perasaan orang lain yang dilahirkan dengan bahasa tulisan dengan tepat dan teratur.
                Seorang yang ingin bisa membaca bahasa Arab, maka dia harus terlebih dahulu belajar permulaan bahasa Arab ( membaca huruf- huruf Arab atau huruf hijaiyah )
                Di  Indonesia, pengajaran permulaan bahasa Arabitu biasanya dilakukan dengan system mengaji atau belajar membaca al-Quran di masjid atau di rumah. Dahulu kebanyakan siswa cenderung hanya bisa membaca dan tidak memahami masing- masing huruf sehingga tidak mampu membaca secara mandiri. Membaca al-Qur’an diajarkan hanya dengan cara tradisional. Pertama kita harus menghafal dan mengeja huruf hijaiyah. Untuk tahapan ini saja diperlukan waktu yang lama kemudian baru diperkenalkan dengan tanda- tanda baca, diajarkan ilmu tajwid yang mengatur cara- cara membaca al-Qur’an yang benar.
                Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk belajar membaca permulaan bahasa Arab terkadang menimbulkan rasa malas bagi orang yang akan mempelajarinya, terlebih- lebih apabila yang belajar itu orang dewasa atau orang tua. Karena huruf Arab adalah huruf al-Qur’an maka orang yang tidak bisa membaca huruf Arab secara otomatis dia tidak bisa membaca al-Qur’an. Kebanyakan orang dewasa atau orang tua malu akan merasa malu apabila dirinya akan belajar membaca al-Qur’an, hal ini bias dikarenakan mereka merasa sudah terlambat. Namun, walaupun begitu mereka sebenarnya juga ingin belajar membaca al-Qur’an, karena al-Qur’anadalah merupakan pedoman hidup atau kitab suci kita sebagai  umat Islam.
                Menyadari hal ini, banyak para pendidik Islam mencoba mencari cara baru dalam mengajarkan membaca al-Qur’an dengan tartil yang lebih praktis dan efektif. Diantaranya yaitu meliputi metode  iqra, metode qira’ati, metode an- nuur, metode yam bu’a, dan metode tsaqifa.  
                Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan tetapi menarik perhatian anak didik. Pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya menguntungkan bila guru mengabaikan factor- factor yang mempengaruhi penggunaannya. Diantaranya, tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya, anak didik yang berbagai macam tingkat kematangannya, situasi yang berbagai macam, fasilitas yang berbagai- bagai kualitas dan kuantutasnya, dan pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda- beda. 

1 komentar:

  1. Subhanallah..Dewan Asatidz SDIT Al Madinah skrg sdh aktif menulis!
    smoga truz berkembang dlm hal ketaqwaan, ilmu, dan jurnalistik!
    keep Istiqomah!
    >_Miss U All coz Allah_<

    BalasHapus