Kamis, 06 September 2012

Pentingnya Pendidikan Seks Sejak Dini


Baru-baru ini saya dikejutkan dengan sebuah kejadian yang benar-benar memprihatinkan dan membuat saya sedih. “PADA SEBUAH SEKOLAH DASAR DENGAN BERBASIS AGAMA ISLAM, DI KOTA KEBUMEN, ADA SISWI KELAS ENAM YANG BARU SAJA KEGUGURAN, SAAT USIA KANDUNGANNYA SUDAH MENCAPAI 6 BULAN”. Saat mendengar hal hati saya langsung menangis. saya bertanya dalam hati saya siapa yang harus bertanggung jawab? dan dimana letak kesalahanya? apa yang harus kita lakukan?.
Kalau ditanya siapa yang harus bertanggung jawab? Jawabanya adalah semua pihak. Mereka adalah Orang Tua, Guru, dan Lingkungan Masyarakat Kita. Lalu apakah anak itu bisa dikatakan bersalah? Jawaban saya TIDAK. Karena bagaimana sikap dan karakter anak-anak kita terbentuk tergantung bagaimana ketiga komponen tadi mendidik dan mengarahkan mereka. Orang tua dalam hal ini mempunyai andil yang paling besar. Karena orang tua adalah pihak yang paling banyak memiliki waktu bersama anak mereka.Orang tua adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap anak dalam masalah pendidikan, termasuk pendidikan seks. Guru pun memiliki peran yang tidak kalah penting dengan  orang tua. Karena guru adalah orang tua kedua bagi anak di sekolah. Seorang guru tidak hanya bertanggung jawab untuk menjadikan seorang anak cerdas secara kognitif, tapi juga cerdas secara akhlak dan sikap. Kemudian  budaya yang berkembang di linggkungan masyarakat saat ini sudah benar-benar jauh dari nilai-nilai islam. Anak-anak kita sudah disuguhi dengan berbagai tontonan yang sebagian besar meniru nilai-nilai budaya barat. Dimana budaya barat, sangat menghalalkan adanya seks bebas, berpacaran, bahkan untuk membuatnya tampak islami sekarang ada istilah Berpacaran Yang Islami”.
Lalu dimana letak kesalahanya? letak kesalahanya adalah bahwa kita sudah lama meninggalkan pola pendidikan yang islami, yaitu pola pendidikan yang kembalipada Alqur’an dan Hadist. Banyak orang tua dan guru yang belum tahu bagaimana pendidikan seks dalam islam.Jika sudah tau dimana letak kesalahanya kita tentu harus mencari tahu bagaimana pendidikan seks di dalam islam. Untuk menjawab hal ini saya mengutip pendapat seorang yang lebih berilmu yaitu Zulia Ilmawati Psikolog, Pemerhati Masalah Anak dan Remaja. menurut beliau ada 11 Pokok-Pokok Pendidikan Seks Perspektif Islam. yaitu:
1.      Menanamkan rasa malu pada anak
Jangan biasakan anak-anak, walau masih kecil, bertelanjang di depan orang lain; misalnya ketika keluar kamar mandi, berganti pakaian, dan sebagainya. Membiasakan anak perempuan sejak kecil berbusana Muslimah menutup aurat juga penting untuk menanamkan rasa malu sekaligus mengajari anak tentang auratnya.
2.      Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan jiwa feminitas pada anak perempuan
Mereka juga harus diperlakukan sesuai dengan jenis kelaminnya. Ibnu Abbas ra. berkata:
Rasulullah saw. melaknat laki-laki yang berlagak wanita dan wanita yang berlagak meniru laki-laki. (HR al-Bukhari).
3.      Memisahkan tempat tidur mereka.
Usia antara 7-10 tahun merupakan usia saat anak mengalami perkembangan yang pesat.Jika pemisahan tempat tidur tersebut terjadi antara dirinya dan orangtuanya, setidaknya anak telah dilatih untuk berani mandiri. Anak juga dicoba untuk belajar melepaskan perilaku lekatnya (attachment behavior) dengan orangtuanya. Jika pemisahan tempat tidur dilakukan terhadap anak dengan saudaranya yang berbeda jenis kelamin, secara langsung ia telah ditumbuhkan kesadarannya tentang eksistensi perbedaan jenis kelamin.
4.      Mengenalkan waktu berkunjung (meminta izin dalam 3 waktu)
Tiga ketentuan waktu yang tidak diperbolehkan anak-anak untuk memasuki ruangan (kamar) orang dewasa kecuali meminta izin terlebih dulu adalah: sebelum shalat subuh, tengah hari, dan setelah shalat isya. Aturan ini ditetapkan mengingat di antara ketiga waktu tersebut merupakan waktu aurat, yakni waktu ketika badan atau aurat orang dewasa banyak terbuka (Lihat: QS al-Ahzab [33]: 13). Jika pendidikan semacam ini ditanamkan pada anak maka ia akan menjadi anak yang memiliki rasa sopan-santun dan etika yang luhur
5.      Mendidik menjaga kebersihan alat kelamin
Mengajari anak untuk menjaga kebersihan alat kelamin selain agar bersih dan sehat sekaligus juga mengajari anak tentang najis. Anak juga harus dibiasakan untuk buang air pada tempatnya (toilet training). Dengan cara ini akan terbentuk pada diri anak sikap hati-hati, mandiri, mencintai kebersihan, mampu menguasai diri, disiplin, dan sikap moral yang memperhatikan tentang etika sopan santun dalam melakukan hajat.
6.      Mengenalkan mahram-nya
Tidak semua perempuan berhak dinikahi oleh seorang laki-laki. Siapa saja perempuan yang diharamkan dan yang dihalalkan telah ditentukan oleh syariat Islam. Ketentuan ini harus diberikan pada anak agar ditaati. Dengan memahami kedudukan perempuan yang menjadi mahram, diupayakan agar anak mampu menjaga pergaulan sehari-harinya dengan selain wanita yang bukan mahram-nya. Inilah salah satu bagian terpenting dikenalkannya kedudukan orang-orang yang haram dinikahi dalam pendidikan seks anak. Dengan demikian dapat diketahui dengan tegas bahwa Islam mengharamkan incest, yaitu pernikahan yang dilakukan antar saudara kandung atau mahram-nya. Siapa saja mahram tersebut, Allah Swt telah menjelaskannya dalam surat an-Nisa’ (4) ayat 22-23.
7.      Mendidik anak agar selalu menjaga pandangan mata.
Telah menjadi fitrah bagi setiap manusia untuk tertarik dengan lawan jenisnya. Namun, jika fitrah tersebut dibiarkan bebas lepas tanpa kendali, justru hanya akan merusak kehidupan manusia itu sendiri. Begitu pula dengan mata yang dibiarkan melihat gambar-gambar atau film yang mengandung unsur pornografi. Karena itu, jauhkan anak-anak dari gambar, film, atau bacaan yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi.
8.      Mendidik anak agar tidak melakukan ikhtilât.
Ikhtilât adalah bercampur-baurnya laki-laki dan perempuan bukan mahram tanpa adanya keperluan yang diboleh-kan oleh syariat Islam.
9.      Mendidik anak agar tidak melakukan khalwat.
Dinamakan khalwat jika seorang laki-laki dan wanita bukan mahram-nya berada di suatu tempat, hanya berdua saja
10.  Mendidik etika berhias
Berhias, jika tidak diatur secara islami, akan menjerumuskanseseorangpadaperbuatandosa.
11.  Ihtilâm dan haid
Ihtilâm adalah tanda anak laki-laki sudah mulai memasuki usia balig. Yang paling penting, harus ditekankan bahwa kini mereka telah menjadi Muslim dan Muslimah dewasa yang wajib terikat pada semua ketentuan syariah. Artinya, mereka harus diarahkan menjadi manusia yang bertanggung jawab atas hidupnya sebagai hamba Allah yang taat
Umi, abi, kerabat guru dan siapa saja yang membaca tulisan ini, tentunya kita tidak ingin apa yang terjadi pada siswi kelas enam tersebut terulang lagi, apa lagi kalau sampai hal itu terjadi pada anak kita atau saudara kita. Karna itu marilah kita memberikan pendidikan yang tentunya berbasis pada nilai-nilai islam dan bukan berasal dari nilai-nilai budaya barat. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar