Dalam mempelajari bahasa asing termasuk
bahasa Arab dikenal istilah ketrampilan berbahasa yang meliputi: berbicara,
mendengarkan, membaca dan menulis. Dalam membaca terdapat dua macam membaca
yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Perbedaan di antara keduanya
terletak pada maksud atau
tujuanpengajaran membacanya, dalam membaca permulaan tujuannya adalah
memberikan kecakapan kepada siswa untuk mengubah rangkaian- rangkaian huruf
menjadi rangkaian- rangkaian bunyi bermakna atau pengajaran yang menekankan
pada pengajaran huruf dan rangkaiannya serta melancarkan teknik membaca,
sedangkan pada membaca lanjut, tujuannya adalah melatih anak- anak menangkap
pikiran dan perasaan orang lain yang dilahirkan dengan bahasa tulisan dengan tepat
dan teratur.
Seorang
yang ingin bisa membaca bahasa Arab, maka dia harus terlebih dahulu belajar
permulaan bahasa Arab ( membaca huruf- huruf Arab atau huruf hijaiyah )
Di
Indonesia, pengajaran permulaan bahasa
Arabitu biasanya dilakukan dengan system mengaji
atau belajar membaca al-Quran di masjid atau di rumah. Dahulu kebanyakan siswa
cenderung hanya bisa membaca dan tidak memahami masing- masing huruf sehingga
tidak mampu membaca secara mandiri. Membaca al-Qur’an diajarkan hanya dengan
cara tradisional. Pertama kita harus menghafal dan mengeja huruf hijaiyah.
Untuk tahapan ini saja diperlukan waktu yang lama kemudian baru diperkenalkan
dengan tanda- tanda baca, diajarkan ilmu tajwid yang mengatur cara- cara
membaca al-Qur’an yang benar.
Lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk belajar membaca permulaan bahasa Arab terkadang
menimbulkan rasa malas bagi orang yang akan mempelajarinya, terlebih- lebih
apabila yang belajar itu orang dewasa atau orang tua. Karena huruf Arab adalah
huruf al-Qur’an maka orang yang tidak bisa membaca huruf Arab secara otomatis
dia tidak bisa membaca al-Qur’an. Kebanyakan orang dewasa atau orang tua malu
akan merasa malu apabila dirinya akan belajar membaca al-Qur’an, hal ini bias
dikarenakan mereka merasa sudah terlambat. Namun, walaupun begitu mereka
sebenarnya juga ingin belajar membaca al-Qur’an, karena al-Qur’anadalah
merupakan pedoman hidup atau kitab suci kita sebagai umat Islam.
Menyadari
hal ini, banyak para pendidik Islam mencoba mencari cara baru dalam mengajarkan
membaca al-Qur’an dengan tartil yang lebih praktis dan efektif. Diantaranya
yaitu meliputi metode iqra, metode
qira’ati, metode an- nuur, metode yam bu’a, dan metode tsaqifa.
Dalam
kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu
metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya
pengajaran tidak membosankan tetapi menarik perhatian anak didik. Pemilihan dan
penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya menguntungkan bila guru
mengabaikan factor- factor yang mempengaruhi penggunaannya. Diantaranya, tujuan
yang berbagai jenis dan fungsinya, anak didik yang berbagai macam tingkat
kematangannya, situasi yang berbagai macam, fasilitas yang berbagai- bagai
kualitas dan kuantutasnya, dan pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang
berbeda- beda.
Subhanallah..Dewan Asatidz SDIT Al Madinah skrg sdh aktif menulis!
BalasHapussmoga truz berkembang dlm hal ketaqwaan, ilmu, dan jurnalistik!
keep Istiqomah!
>_Miss U All coz Allah_<