Jumat, 28 September 2012

PENDIDIKAN TPA




TPA Al Ihsan adalah merupakan lembaga yang di khususkan untuk anak usia SD .Tujuan umumnya yaitu menyiapkan anak didik agar menjadi generasi qurani.yaitu generasi yang mencintai al quran dan menjadikan al quran sebagai pandangan hidup.Sedangkan tujuan utamanya adalah mendidik santri mampu membaca alquran dengan benar sesuai kaidah ilmu tajwid.TPA  ini juga disebut pengajian anak - anak dalam bentuk baru dengan menggunakan metode praktis.

Setelah berpengalaman dalam mendidik murid - murid dan terus berinovasidengan mengikuti pelatihan dan metodologi pengajaran khusus TPQ terutama dengan memakai metode qiroati,TPQ menyelenggarakan RAKER untuk memperbaiki kurikulum.

Dalam pembelajaranya dilakukan dengan menggunakan metode Qiroati,dilakukan pemisahan anak sesuai dengan jilidnya masing - masing. Alasanya supaya lebih enak dalam pengkondisian anak dan pengelolaan kelasnya. Setiap kelasnya dipegang oleh satu orang guru dan tidak ganti - gantiagar tidak bingungsaat mendidik santri karena setiap guru cara mengajarnya berbeda-beda.Pembelajaranya tidak langsung sorogandengan metode klasikaldalam ruangan terbatas sehingga mudah dikondisikan.Kenaikan jilid menunggu kepala TPQ dengan rekomendasi guru kelas.

Untuk peningkatan mutu asatidz tersebut dibina langsung korcab qiroati dan dan diikuti semuaanggota metode qiroati.Sedangkan asatidz yang belum lulus tashih dengan : LPGQ  setiap satu minggu sekali  dikantor cabang Qiroati  kecamatan,Pembinaan lembaga tiap satu  minggu sekali.Meningkatkan kualitas guru dengan tadarus . Dan juga mengikuti pelatihan peningkatan guru minimal tiga bulan sekali.

Hambatan / kendala nya antara lain : rata- rata murid tidak sampai menyelesaikan tashih qiroati,kurang dukungan dari orang tua ( orang tua lebih mementingkan pendidikan formal.Solusinya Mengadakan koordinasi dengan wali santri









Menjadi Guru Berkarakter



Upaya  implementasi pendidikan karakter di sekolah, tentu tidak lepas dari peran guru. Berdasarkan kajian teoritis maupun empiris diyakini bahwa keberhasilan pendidikan karakter salah satunya diwarnai oleh  faktor guru itu sendiri. Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikkan dengan guru, yang mempunyai makna "digugu dan ditiru" artinya mereka yang selalu dicontoh dan dipanuti. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah seorang yang pekerjaannya mengajar.
Seorang guru adalah seorang yang telah menyerahkan dirinya dalam organisasi sekolah, dia tidak bisa melakukan tindakan dan berperilaku sesuai keinginan sendiri, tetapi harus dapat menyesuaikan diri dengan peran dan tugasnya sesuai peran dan tuntutan tugas serta aturan organisasi yang menjadi kewajiban bagi seorang guru, oleh karena itu kita, guru  “harus tahu aturan”, “bersedia diatur” dan “bisa mengatur”. Tahu aturan bermakna memahami bagaimana mekanisme kerja organisasi, dengan pemahaman itu maka seorang guru harus mau dan bisa diatur sesuai dengan mekanisme yang berlaku, serta harus bisa mengatur dalam arti mengelola secara optimal apa yang menjadi peran dan tugasnya dalam organisasi sekolah
Kesadaran dan kerelaan menerima kenyataan bahwa interaksi dengan siswa sebagai suatu keseluruhan akan menumbuhkan perhatian (concern), rasa peduli (caring), rasa berbagi (sharing), dan kebaikan yang tulus (kindness).
Guru tetap merupakan unsur dasar pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan, terlebih bagi penciptaan SDM berkualitas. Dalam bahasa arabnya, “al-Thariqah ahammu min al-maddah, wa lakin al-mudarris ahammu min al-thariqah” (Metode pembelajaran lebih penting daripada materi belajar, tetapi eksisntensi guru dalam proses pembelajaran jauh lebih penting daripada metode pembelajaran).
Nur Kholiq (2011) dalam tulisannya berjudul “Guru berkarakter bagi dunia pendidikan” menjelaskan bahwa guru yang berkarakter adalah guru yang mempunyai prinsip hidup dan perenungannya dan kebebasan dalam berkreasi. Guru bekarakter akan berusaha menciptkan iklim belajar yang efektif dan menyenangkan, dengan kreativitas metode pembelajaran, untuk mengurangi kejenuhan dan menyesuaikan dengan konteks pembelajaran sehingga tumbuh kegairahan dan motivasi instrinsik dan ekstrinsik.
Uraian di atas menyimpulkan bahwa Indonesia akan berjaya dan dapat bersaing di dunia internasional jika ditopang dengan SDM unggul dan berkualitas. Mewujudkan hal itu, tidak bisa dilepaskan dari pendidikan bermutu. Nah, untuk meralisasikan pendidikan bermutu, sudah barang tentu kehadiran guru profesional yang berkarakter tidak dapat dinafikan.





Senin, 24 September 2012

Pendidikan yang Berkarakter



Pendidikan yang berkarakter sangat menjanjikan untuk menjawab suatu masalah persoalan pendidikan di Indonesia. Namun dalam prakteknya, seringkali terjadi masalah  dalam penerapannya. Tetapi sebagai sebuah upaya, pendidikan karakter haruslah sebuah program yang terukur pencapaiannya. Bicara mengenai pengukuran artinya harus ada alat ukurnya, kalau  alat ukur pendidikan matematika jelas, kasih soal ujian jika nilainya diatas standard kelulusan artinya dia bisa. Nah, bagaimana dengan pendidikan karakter?
Observasi atau pengamatan yang disertai dengan indikator perilaku seorang siswa merupakan salah satu contoh alat ukurnya. Misalnya, mengamati seorang siswa di kelas selama pelajaran tertentu, tentunya siswa tersebut tidak tahu saat dia sedang di observasi. Nah, kita dapat menentukan indikator jika dia memiliki perilaku yang baik saat guru menjelaskan, anggaplah mendengarkan dengan seksama, tidak ribut dan adanya catatan yang lengkap. Mudah bukan? Dan ini harus dibandingkan dengan beberapa situasi, bukan hanya didalam kelas saja. Ada banyak cara untuk mengukur hal ini, gunakan kreativitas anda serta kerendahan hati untuk belajar lebih maksimal agar pengukuran ini lebih sempurna.
Adanya pendidikan yang berkarakter tentunya dimaksudkan untuk menjadi salah satu jawaban terhadap beragam persoalan bangsa yang saat ini banyak dilihat, didengar dan dirasakan, yang mana banyak persoalan muncul yang di indentifikasi bersumber dari  kurangnya  pendidikan dalam menyuntikkan nilai-nilai moral terhadap peserta didiknya. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tujuan pendidikan adalah bukan hanya melahirkan insan yang cerdas, namun juga menciptakan insan yang berkarakter kuat. Seperti yang dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni “intelligence plus character that is the goal of true education” (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan pendidikan karakter di sekolah. Konsep karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran di sekolah, namun harus lebih dari itu, dijalankan dan dipraktekan. Mulailah dengan belajartaat dengan peraturan sekolah, dan tegakkan itu secara disiplin. Sekolah harus menjadikan pendidikan karakter sebagai sebuah tatanan nilai yang berkembang dengan baik di sekolah yang diwujudkan dalam contoh dan seruan nyata yang dipertontonkan oleh tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah dalam keseharian kegiatan di sekolah.
Pendidikan berkarakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pemangku kepentingan dalam pendidikan, baik pihak keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah dan juga masyarakat luas. Oleh karena itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalah membangun kembali kemitraan dan jejaringpendidikan yang kelihatannya mulai terputus diantara ketiga stakeholders terdekat dalam lingkungan sekolah yaitu guru, keluarga dan masyarakat. Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan berhasil selama antara stakeholder lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan yang kemudian didukung oleh lingkungan dan kondisi pembelajaran di sekolah yang memperkuat siklus pembentukan tersebut. Di samping itu tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang.Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika dan estetika dalam pembentukan karakter  suatu bangsa .

Kamis, 20 September 2012

Belajar Bahasa Arab


                                              

                Dalam mempelajari bahasa asing termasuk bahasa Arab dikenal istilah ketrampilan berbahasa yang meliputi: berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis. Dalam membaca terdapat dua macam membaca yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Perbedaan di antara keduanya terletak pada maksud atau  tujuanpengajaran membacanya, dalam membaca permulaan tujuannya adalah memberikan kecakapan kepada siswa untuk mengubah rangkaian- rangkaian huruf menjadi rangkaian- rangkaian bunyi bermakna atau pengajaran yang menekankan pada pengajaran huruf dan rangkaiannya serta melancarkan teknik membaca, sedangkan pada membaca lanjut, tujuannya adalah melatih anak- anak menangkap pikiran dan perasaan orang lain yang dilahirkan dengan bahasa tulisan dengan tepat dan teratur.
                Seorang yang ingin bisa membaca bahasa Arab, maka dia harus terlebih dahulu belajar permulaan bahasa Arab ( membaca huruf- huruf Arab atau huruf hijaiyah )
                Di  Indonesia, pengajaran permulaan bahasa Arabitu biasanya dilakukan dengan system mengaji atau belajar membaca al-Quran di masjid atau di rumah. Dahulu kebanyakan siswa cenderung hanya bisa membaca dan tidak memahami masing- masing huruf sehingga tidak mampu membaca secara mandiri. Membaca al-Qur’an diajarkan hanya dengan cara tradisional. Pertama kita harus menghafal dan mengeja huruf hijaiyah. Untuk tahapan ini saja diperlukan waktu yang lama kemudian baru diperkenalkan dengan tanda- tanda baca, diajarkan ilmu tajwid yang mengatur cara- cara membaca al-Qur’an yang benar.
                Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk belajar membaca permulaan bahasa Arab terkadang menimbulkan rasa malas bagi orang yang akan mempelajarinya, terlebih- lebih apabila yang belajar itu orang dewasa atau orang tua. Karena huruf Arab adalah huruf al-Qur’an maka orang yang tidak bisa membaca huruf Arab secara otomatis dia tidak bisa membaca al-Qur’an. Kebanyakan orang dewasa atau orang tua malu akan merasa malu apabila dirinya akan belajar membaca al-Qur’an, hal ini bias dikarenakan mereka merasa sudah terlambat. Namun, walaupun begitu mereka sebenarnya juga ingin belajar membaca al-Qur’an, karena al-Qur’anadalah merupakan pedoman hidup atau kitab suci kita sebagai  umat Islam.
                Menyadari hal ini, banyak para pendidik Islam mencoba mencari cara baru dalam mengajarkan membaca al-Qur’an dengan tartil yang lebih praktis dan efektif. Diantaranya yaitu meliputi metode  iqra, metode qira’ati, metode an- nuur, metode yam bu’a, dan metode tsaqifa.  
                Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan tetapi menarik perhatian anak didik. Pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya menguntungkan bila guru mengabaikan factor- factor yang mempengaruhi penggunaannya. Diantaranya, tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya, anak didik yang berbagai macam tingkat kematangannya, situasi yang berbagai macam, fasilitas yang berbagai- bagai kualitas dan kuantutasnya, dan pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda- beda. 

Selasa, 18 September 2012

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI




Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Dalam bidang pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan Pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan sosial.
Sebelum bicara lebih jauh, apa sih pendidikan anak usia dini? Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagianak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Mengapa pendidikan anak usia dini itu sangat penting?
Berdasarkan hasil penelitian sekitar 50% kapabilitaas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun,8 0% telah terjadi perkembangan yang pesat tentang jaringan otak ketika anak berumur 8 tahun dan mencapai puncaknya ketika anak berumur 18 tahun, dan setelah itu walaupun dilakukan perbaikan nutrisi tidak akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif.
Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya. Sehingga periode ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewatkan berarti habislah peluangnya.
Menurut Byrnes, pendidikan anak usia dini akan memberikan persiapan anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah menghadapi masa sekolah. “Saat ini, beberapa taman kanak-kanak sudah meminta anak murid yang mau mendaftar di sana sudah bisa membaca dan berhitung. Di masa TK pun sudah mulai diajarkan kemampuan bersosialisasi dan problem solving. Karena kemampuan-kemampuan itu sudah bisa dibentuk sejak usia dini,” jelas Byrnes.
Selanjutnya menurut Byrnes, bahwa pendidikan anak usia dini itu penting, karena di usia inilah anak membentuk pendidikan yang paling bagus. Di usia inilah anak-anak harus membentuk kesiapan dirinya menghadapi masa sekolah dan masa depan. Investasi terbaik yang bisa Anda berikan untuk anak-anak adalah persiapan pendidikan mereka di usia dini.

Ada dua tujuan mengapa perlu diselenggarakan pendidikan anak usia dini, yaitu:

Tujuan utama: untuk membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan 
belajar (akademik) di sekolah.
Singkatnya, pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Apa perbedaan anak yang mendapatkan pendidikan anak usia dini di lembaga yang berkualitas dengan anak yang tidak mendapatkan pendidikan anak usia dini?
Menurut Byrnes (Peraih gelar Woman of the Year dari Vitasoy di Australia) di lembaga pendidikan anak usia dini yang bagus, anak-anak akan belajar menjadi pribadi yang mandiri, kuat bersosialisasi, percaya diri, punya rasa ingin tahu yang besar, bisa mengambil ide, mengembangkan ide, pergi ke sekolah lain dan siap belajar, cepat beradaptasi, dan semangat untuk belajar.
Sementara, anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini, akan lamban menerima sesuatu. Anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini yang tepat, akan seperti mobil yang tidak bensinnya tiris. Anak-anak yang berpendidikan usia dini tepat memiliki bensin penuh, mesinnya akan langsung jalan begitu ia ada di tempat baru. Sementara anak yang tidak berpendidikan usia dini akan kesulitan memulai mesinnya, jadinya lamban.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Begitu pentingnya pendidikan ini tidak mengherankan apabila banyak negara menaruh perhatian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan ini hingga pemerintah Indonesia pun memberikan layanan pendidikan gratis hingga tingkat SMP.




Senin, 17 September 2012


Bismillahi ar-rohmaani ar-rohiimi
Al-hamdulillah wa ash-sholaatu wa as-salaamu ‘alaa rosuulillah.
Segala puji bagi Allah satu-satunya rob yang berhak disembah yang telah memberikan kita banyak kenikmatan.
Memberikan pendidikan pada seorang anak adalah salah satu kewajiban orang tua. Setiap orang tua mempunyai banyak harapan terhadap anaknya sejak anak itu baru dilahirkan ke dunia, salah satu harapan yang tak pernah lepas saat hari ke tujuh kelahiran anak adalah harapan agar anak tersebut menjadi anak yang soleh dan solehah. Apakah harapan itu akan tinggal sebuah harapan atau akan diwujudkan dengan usaha yang sempurna? Mari kita mengingat kembali kejadian kejadian yang telah berlalu yang terjadi pada diri kita selaku orang tua.
Sejak anak lahir ke dunia kita selalu memberi mereka motivasi sebagaimana saat anak mulai belajar berjalan, kita selalu memberi mereka motivasi saat mereka terjatuh ketika belajar berjalan dan memberi mereka rewed saat mereka berhasil melangkah walau hanya satu atau dua meter.
Ketika anak menginjak usia 4-5 tahun ketika mereka harus masuk playgroup atau TK, setiap pagi kita membangunkan mereka agar mereka persiapan untuk berangkat ke sekolah, hal itu terjadi selama bertahun-tahun sehingga anak sangat paham yang harus dia lakukan saat pagi menjelang, secara otomatis telah terprogram di otak anak bahwa kalau jam segini saya harus mandi kemudia persiapan, sarapan dan berangkat ke sekolahan. Ternyata apa yang kita biasakan pada anak sejak anak itu kecil membuat banyak perubahan pada kebiasaan mereka di waktu pagi datang.
Dari kejadian di atas dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa kebiasaan membuat perbuatan menjadi mudah, namun sangat disayangkan, pembiasaan ini hanya dilakukan untuk urusan dunia, bagaimana kalau kita gunakan pembiasaan ini untuk kepentingan akherat?
Jika setiap adzan berkumandang kita siapkan anak kita untuk berangkat ke masjid, dan hal ini kita lakukan dalam kurun waktu yang cukup lama. Maka ketika adzan berkumandang, insyaallah mereka akan secara otomatis melakukan persiapan untuk berangkat ke masjid.
Selanjutnya apakah kita mau untuk itu atau kita akan membiarkan mereka sebagaimana orang tua kita memperlakukan kita???
Semua berada di tangan anda selaku orang tua, Rosulullah bersabda :
مَا مِنْ مَوْلُوْدً إلّا يُوْلدُ على الفِطْرَةِ ، فأبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَينَصرَانه ويُمَجسَانه
“Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
Apakah anda ingin menjadikan anak-anak anda sebagai penolong anda di dunia atau anda ingin menjadikan mereka penolong di akherat atau bahkan anda ingin menjadikan mereka penolong di dunia dan akherat.
Rosulullah bersabda :
إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث : صدقة جارية أو علم ينتفع به او ولد صالح يدعو له
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau anak yang sholeh yang selalu mendoakannya.