Oleh Syarif
Hidayat
Didalam dunia pendidikan
sering kali kita dikejutkan oleh berbagai masalah,hampir disetiap sekolah negri maupun swasta,baik
masalh ringan atupun besar.misalnya,banyak anak-anak yang bersikap kuarangajar
terhadap gurunya,bahkan ada siswa yang mengancam gurunya.melihat kejadian
seperti itu sudah barang kali kita sebagai tenaga pendidik prihatin,karena
semakin trus berkembangnya zaman akan semakin menggrogoti iman seseorang,untuk
itu sebagai orang yang peduli terhadap permasalahan ini, kita harus mengantisipasinya
dengan cepat agar tidak semakin meluas,caranya dengan menanamkan nilai nilai
akhlak di sekolah.dalam tulisan ini akan penulis akan menggambarkan bagaimana
akhlak siswa terhadap guru,dengan harapan untuk meminimalisir kejadian yang
dicontohkan diatas.
Berikut ini adalah akhlak atau
etika seorang murid,santri atau pelajar, baik sebagai pribadi maupun sebagai
penuntut ilmu. Dalam perspektif Imam Al Ghozali akhlak siswa kepada guru ada 10
:
Pertama,
Seorang penuntut ilmu harus membersihkan jiwanya terlebih dahulu dari akhlak
yang buruk dan sifat-sifat tercela. Hal ini didasarkan pada pandangannya bahwa
ilmu adalah ibadah hati dan merupakan shalat rahasia dan dapat mendekatkan
batin pada Allah.
Kedua, Seorang
penuntut ilmu hendaknya tidak banyak melibatkan diri dalam urusan duniawi. Ia
harus sungguh-sungguh dan bekerja keras menuntut imu,bahkan ia harus jauh dari
keluarga dan kampung halamannya. Hal ini dikarenakan banyak berhubungan dengan
yang lainnya, dapat menyibukkan hati dan pikiran, dan jika hal-hal yang tidak
ada hubungannya dengan ilmu itu dilakukan, maka akan hilanglah semangat
menuntut ilmunya dan tujuannya tidak tercapai.
Ketiga,
Seorang penuntut ilmu jangan menyombongkan diri dengan ilmu yang dimilikinya
dan jangan pula banyak memerintah guru. Ia yang memerlukan petunjuknya menuju
keberhasilan dan menjaganya dari celaka, dan semua itu dapat dicapai dengan
ilmu, dan jangan mendahului suatu pertanyaan, terhadap masalah yang belum dijelaskan
oleh gurunya.
Keempat, Bagi
penuntut ilmu pemula janganlah melibatkan atau mendalami perbedaan pendapat
ulama, karena yang demikian itu dapat menimbulkan prasangka buruk,keragu-raguan
dan kurang percaya pada kemampuan guru.
Kelima,
Seorang penuntut ilmu jangan berpindah dari suatu ilmu yang terpuji kepada
cabang-cabangnya kecuali setelah ia memahami pelajaran sebelumnya, mengingat
bahwa berbagai macam ilmu itu saling berkaitan satu sama lainnya.
Keenam,
Seorang penuntut ilmu jangan menenggelamkan diri pada satu bidang ilmu saja,
melainkan harus menguasai ilmu pendukung lainnya. Dan memulai dengan ilmu yang
paling penting, baru mendalami bidang ilmu tertentu, karena umur yang tersedia
tidak cukup untuk menguasai semua bidang imu.
Ketujuh,
Seorang penuntut ilmu harus menghormati kepada guru,karena guru itu adalah
sumber ilmu.ilmu yang kita pelajari itu tidak bisa di terima oleh akal kita
tanpa ada ridho dari gurunya.
Kedelapan,
Seorang penuntut ilmu agar mengetahui sebab-sebab yang dapat menimbulkan kemuliaan
ilmu. Dalam hal ini al-Ghazali membantu pelajar dalam memilih ukuran yang
sesuai, dan jika melaksanakannya akan mendapatkan kemuliaan ilmu. Hal itu dapat
dicapai dengan dua cara ; pertama, buahnya ilmu dan kedua
kekuatan dalil dan pendukung lainnya. Jika kita mengambil perumpamaan seperti
ilmu agama dan ilmu kedokteran. Tidak diragukan lagi bahwa imu agama menurut
al-Ghazali termasuk ilmu yang mulia,karena dapat mengantarkan kemuliaan
diakhirat. Sedangkan ilmu kedokteran dapat mengantarkan pada dunia yang fana.
Sedangkan kehidupan akhirat lebih utama dan lebih baik daripada kehidupan
dunia.
Kesembilan,
Seorang penuntut ilmu agar dalam mencari ilmunya didasarkan pada upaya untuk
menghias batin dan mempercantiknya dengan berbagai keutamaan. Hal ini didasarkan
pada tujuan belajar untuk memperoleh kehidupan yang baik dikahirat. Hal itu
tidak akan tercapai kecuali dengan membersihkan jiwa, menghias diri dengan
keutamaan dan akhlak yang terpuji. Oleh sebab itu tujuan belajarnya adalah
untuk mencapai kebaikan hidup di akhirat, bukan tujuan duniawi, seperti
menghasilkan harta dan kekuasaan.Selanjutnya al-Ghazali mengingatkan para
pelajar agar tidak pernah berhenti memuji ilmu akhirat, karena sebagian ilmu
ada yang tidak perlu dicari. Oleh karena itu tidak boleh lupa mengingat ilmu
fatawa, an-nahwu, bahasa dan lainnya yang kami kehendaki, dan jangan
memahaminya kecuali dalam konteks memuji ilmu akhirat yang memerlukan ilmu-ilmu
tersebut.
Kesepuluh,
Seorang penuntut ilmu harus mengetahui hubungan macam-macam ilmu dan tujuannya.
Oleh sebab itu setiap pelajar harus menemukan maksud dan tujuan ilmu, dan yang
penting adalah memilih ilmu yang dapat menyampaikan pada maksud tersebut. Jika
maksudnya adalah untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, maka ilmu yang
harus dipelajari adalah ilmu-ilmu akhirat yang telah disebutkan diatas.
Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa
pandangan al-Ghazali terhadap akhlak pelajar bersifat sufistik, seperti
terlihat pada keharusan berniat mencari imu semata-mata untuk beribadah kepada
Allah, bersikap zuhud dan memuliakan ilmu akhirat. Selain itu ilmu tersebut
harus dipelajari secara sistematik, integrated, dimulai dari yang umum kepada
yang khusus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar