14 Tahun silam sesosok anak kecil duduk di
bangku Kelas IV sebuah Sekolah Dasar di daerah pedesaan. Ketika sedang
berlangsung pelajaran Bahasa Indonesia yang
membahas tentang cita-cita mereka, Guru mereka menanyakan kepada sang
anak kecil tersebut tentang cita-citanya
Guru
: Nak, kelak setelah dewasa, kamu
ingin menjadi apa?
Anak
: (dengan raut muka polos) Saya ingin
menjadi seorang guru Pak, Saya ingin menjadi seperti bapak.
Guru
: Kenapa kamu ingin menjadi guru?
Menjadi seorang guru bukan pekerjaan yang mudah Nak, kita harus merelakan
seluruh waktu kita untuk memberikan yang terbaik kepada anak didik kita
Anak
: (sejenak merenung) saya tetap ingin
menjadi seorang guru pak
Guru : Alhamdulillah, sungguh cita-cita yang
amat mulia Nak, mudah-mudahan Alloh SWT memdengarkan dan mengabulkan cita-cita
mulia Ananda. Amiin.
Setalah melewati perjalanan yang cukup panjang,
dengan berbagai hambatan dan rintangan akhirnya anak tersebut bisa melanjutkan
sekolahnya di bangku perkuliahan . Dengan berbekal kekuatan dan do’a serta
keyakinannya ketika di bangku Sekolah Dasar, anak tersebut mengambil jurusan
pendidikan di bangku kuliah. Setelah 4 tahun duduk di bangku kuliah, sang anak
tersebut pun menamatkan pendidikannya.
Setelah berkelana kesana kemari akhirnya sang
anak mendapat sebuah titik terang, berbekal info dari seorang teman, anak
tersebut mendaftarkan diri di sebuah lembaga pendidikan.. Setelah melewati
berbagai ujian masuk, sang anak itu pun akhirnya di terima di sekolah tersebut
sebagai seorang tenaga pendidik.
Menjadi pendidik bukan lah hal yang mudah.
Disana setiap calon pendidik harus terlebih dahulu mendapat pelatihan bagaimana
cara mengajar, bagaimana cara mengelola kelas, bahkan harus tau bagaimana
membuat peserta didik menjadi asyik dan merasa nyaman dengan pendidik. Dan satu
hal yang paling penting adalah bagaimana cara menanamkan tauhid kepada anak
didik, sehingga anak-anak hasil output akan mempunyai karakter.
5 bulan sudah anak itu mendapat training dari
pihak lembaga tentang bagaimana mengelola kelas, bagaimana cara mengajar
yangbaik. Kini saat nya tiba anak tersebut terjun langsung untuk mentransfer
apa yang sudah di dapatkannya. Berbekal dari apa yang dia peroleh dari bangku
sekolah dasar sampai dengan bangku kuliah, observasi terhadap cara mengajar yang
baik, dan sharing dari teman pendidik akhirnya anak tersebut pun mulai
menjalani apa yang sudah 15 tahun ia cita-citakan.
Pengalaman yang sungguh tidak akan pernah ia
lupakan, bagaimana dia harus menata mental menghadapi anak-anak serta
mempersiapkan bahan ajarnya. Bahkan sampai-sampai pada kali pertama ia akan mengajar dia mempersiapkan materi
sampai larut malam. Tidak hanya itu, bayangan bagaimana ia akan mengajar juga
sampai terbawa dalam mimpinya. Sungguh suatu hal yang sangat besar yang haruis
ia taklukan (mengelola kelas), untuk mengejar cita-cita yang telah ia
idam-idamkan sejak duduk dibangku kelas 4 SD.
Hari pertama mengajarpun ia lalui dengan
detakan jantung yang tidak beraturan, perasaan grogi hingga terbata-bata ketika
mengajar pun ia alami. Namun dengan semangat yang tinggi serta doa dan dorongan
dari teman-teman pendidik yang lain, akhirnya mengajar pertama ia lalui dengan
lancar. Hari demi hari pun terlalui, hingga sekarang sudah tenang ketika akan
mengajar.
Masih terngiang jelas di telinganya, apayang
sempat gurunya pesankan ketika kelas IV SD “jadi seorang pendidik itu tidak
mudah Nak, kita harus rela mengorbankan waktu kita demi kecerdasan anak didik
kita”. Memang benar apa yang dipesankan guru SDnya dulu, jadi pendidik harus
rela mengorbankan waktu demi anak didiknya. Yang tidak kalah penting lagi
ketika kita menjadi seorang pendidik adalah bagaimana kita menjadi suri
tauladan bagi anak didik kita. Seperti halnya apa yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW bagaimana Beliau menjadi suri tauladan bagi seluruh umatnya.
Seperti itulah yang hendaknya dilakukan oleh seorang pendidik.
Beberapa hal yang
sedang anak itu lakukan untuk menjadi seorang pendidik yang kompeten antara
lain:
1.
Menjadikan
sosok pendidik sebagai sumber belajar. Hal ini berkaitan dengan bagaimana anak
itu belajar untuk menguasai materi. Karena pendidik yang baik adalah manakala
ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga ia dapat berperan
sebagai sumber belajar bagi anak didiknya.
2.
Menjadikan
sosok pendidik sebagai fasilitator. Hal ini berkaitan dengan bagaimana seorang
pendidik berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan anak didik dalam
kegiatan proses belajar pembelajaran.
3.
Menjadikan
sosok pendidik sebagai pengelola. Melalui pengelolaan kelas yang baik pendidik
dapat menjaga kelas agar tetap kondusif dalam proses belajar.
4.
Menjadikan
sosok pendidik sebagai seorang demonstrator.
Ini berkaitan dengan bagaimana pendidik menunjnukan sikap-sikap yang
terpuji serta pendidik menunjukan bagaimana caranya agar setiap materi
pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh anak didiknya.
5.
Menjadikan
sosok pendidik sebagai seorang pembimbing.
Seorang pendidik ibarat halnya seoarang petani dengan tanamannya.
6.
Menjadikan
sosok pendidik sebagai seorang motivator. Dalam proses pembelajaran akan
berhasil manakala anak didik mempunyai motivasi dalam belajar, oleh karena itu pendidik
dituntut untuk selalu membangkitkan motivasi belajar anak didiknya.
7.
Menjadikan
sosok pendidik sebagai evaluator. Disini pendidik berperan untuk mengumpulkan
data tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
Sampai saat ini anak ini masih terus berusaha
untuk menjadi sosok pendidik yang ideal. Berusaha untuk mewujudkan cita-cita
kecilnya menjadi guru yang professional. Banyak cara dilakukan anak tersebut
untuk menambah wawasannya dalam mengajar, antara lain dengan berbagi cerita
dengan sesama pendidik. Semoga apa yang diimpikan anak kecil ini dapat
terwujud, dan usaha serta do’anya dikabulkan oleh Alloh SWT. Amiin.
Penulis : Zainal Arifin (Email :
zhaenal_arifin@rocketmail.com)
*Anak kecil dalam tulisan diatas adalah penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar