Pendidikan yang berkarakter sangat menjanjikan untuk menjawab
suatu masalah persoalan pendidikan di Indonesia. Namun dalam prakteknya, seringkali terjadi
masalah dalam penerapannya. Tetapi sebagai sebuah upaya, pendidikan karakter haruslah sebuah program yang terukur
pencapaiannya. Bicara mengenai pengukuran artinya harus ada alat ukurnya,
kalau alat ukur pendidikan matematika jelas, kasih soal ujian jika nilainya diatas
standard kelulusan artinya dia bisa. Nah, bagaimana dengan pendidikan karakter?
Observasi atau pengamatan yang disertai dengan indikator
perilaku seorang siswa merupakan salah satu contoh alat ukurnya. Misalnya,
mengamati seorang siswa di kelas selama pelajaran tertentu, tentunya siswa
tersebut tidak tahu saat dia sedang di observasi. Nah, kita dapat menentukan
indikator jika dia memiliki perilaku yang baik saat guru menjelaskan, anggaplah mendengarkan
dengan seksama, tidak ribut dan adanya catatan yang lengkap. Mudah bukan? Dan
ini harus dibandingkan dengan beberapa situasi, bukan hanya didalam kelas saja.
Ada banyak cara untuk mengukur hal ini, gunakan kreativitas anda serta
kerendahan hati untuk belajar lebih maksimal agar pengukuran ini lebih
sempurna.
Adanya pendidikan yang berkarakter tentunya dimaksudkan untuk
menjadi salah satu jawaban terhadap beragam persoalan bangsa yang saat ini
banyak dilihat, didengar dan dirasakan, yang mana banyak persoalan muncul yang
di indentifikasi bersumber dari kurangnya pendidikan dalam menyuntikkan nilai-nilai moral terhadap peserta didiknya. Seperti
yang kita ketahui bersama bahwa tujuan pendidikan adalah bukan hanya melahirkan insan yang cerdas, namun
juga menciptakan insan yang berkarakter kuat. Seperti yang dikatakan Dr. Martin
Luther King, yakni “intelligence plus character that is the goal of true
education” (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan pendidikan karakter di sekolah. Konsep karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin
dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran di sekolah, namun harus lebih dari itu, dijalankan dan
dipraktekan. Mulailah dengan belajartaat dengan peraturan sekolah, dan tegakkan itu secara disiplin. Sekolah
harus menjadikan pendidikan karakter sebagai sebuah tatanan nilai yang berkembang dengan baik di sekolah yang diwujudkan dalam contoh dan seruan
nyata yang dipertontonkan oleh tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah dalam keseharian kegiatan di sekolah.
Pendidikan berkarakter merupakan upaya yang harus melibatkan
semua pemangku kepentingan dalam pendidikan, baik pihak keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah dan juga masyarakat luas. Oleh
karena itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalah membangun kembali
kemitraan dan jejaringpendidikan yang kelihatannya mulai terputus
diantara ketiga stakeholders terdekat dalam lingkungan sekolah yaitu guru, keluarga dan masyarakat. Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan berhasil selama antara
stakeholder lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan demikian,
rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih
diberdayakan yang kemudian didukung oleh lingkungan dan kondisi pembelajaran di sekolah yang memperkuat siklus pembentukan
tersebut. Di samping itu tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi
terhadap karakter dan watak seseorang.Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi
terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika dan estetika dalam pembentukan karakter suatu bangsa .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar