Senin, 29 Oktober 2012


Eksplorasi Rasa Syukur atas Anak melalui pendidikan

Keluarga yang harmonis biasanya lebih ditentukan pada keberadaan anak. Anak yang sholeh merupakan dambaan setiap orang tua. Allah berfirman di Al Quran tentang kaitannya perhiasaan dunia, yaitu salah satunya adalah buah hati (anak). Orang tua yang bijak sangat memperhatikan perkembangan anaknya yang dilihat dari sisi perkembangan fisik, mental/psikis dan pendidikan.
Perkembangan Fisik lebih ditentukan pada asupan gizi/makanan, mental/ psikis dititikberatkan pada perlakuan orang tua/masyarakat terhadap interaksi sosial anak dan pendidikan juga ditentukan oleh banyak faktor, yaitu penyelenggara pendidikan, keluarga, masyarakat maupun juga lingkungan.
Kami disini lebih menitikberatkan pada dunia pendidikan anak yang merupakan poros penting dalam menentukan masa yang akan datang. Menurut Comenius, Sekolah dapat dikategorikan menurut perkembangan usia anak, yaitu:
a.       Scola maternal (Sekolah Ibu,) umur 0-6 tahun
b.      Scola Vernacula (Sekolah bahasa Ibu) umur 6-12 tahun.
c.       Scola Latin (sekolah latin)umur 12-18 tahun.
d.      Academia (akademi)umur 18-24 tahun.
Sisitem pendidikan di Indonesia sudah secara umum menggunakan pola pengklasifikasian umur anak melalui pembagian jenjang pendidikan, seperti TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Permaslahan yang muncul adalah di kampung masih banyak yang beranggapan bahwa anak lebih cepat selesai sekolah itu dikatakan melebihi kecerdasan pada umumnya. Bisa juga masyarakat lebih suka memilih untuk langsung ke SD meskipun umurnya baru 5 tahun, padahal sebenarnya menurut teori keilmuan bahwa anak akan tumbuh sesuai dengan perkembangan yang ada pada diri anak tersebut, jadi jika tidak dilalui pada tahapan di tahun tersebut akan memberikan dampak yang kurang baik, bisa saja tahapan yang dulu belum muncul malah muncul di tahun ke depannya.
Ilmuwan Islam, Al Ghazali membagi periodisasi perkembangan anak menjadi lima fase sebagai berikut:
a.       Al Janin, tingkat anak yang berada dalam kandungan dan adanya kehidupan setelah roh dari Allah. Pada usia empat bulan pendidikan dapat diterapkan dengan istilah pranatal atau juga dapat dilakukan sebelum anak itu menjadi janin yang disebut dengan pendidikan prakonsepsi.
b.      Al Tifli, tingkat anak-anak dengan memperbanyak latihan dan kebiasaan sehingga mengatahui aktifitas yang baik dan buruk.
c.       Al Tamyiz yaitu tingkat anak yang dapat membedakan sesuatu yang baik dan buruk, bahkan akal pikirannya telah berkembang sedemikian rupa sehingga dapat memahami ilmu dharuri.
d.      Al Aqil, tingkat manusia berakal sempurna, bahkan pikirannya berkembang secara maksimal sehingga mampu menguasai ilmu dharuri, akal inilah yang dapat berdialog dengan keadaan.
e.       Al Auliyah dan Al Anbiyah, yaitu tingkat tertinggi pada perkembangan manusia. Para Nabi telah mendapatkan ilmu pengetahuan melalui wahyu, dan para wali telah mendapatkannya lewat ilham.
Demikian pemikiran Al Ghazali tentang periodisasi perkembangan anak, sehingga memberikan gambaran kepada kita tentang pendidikan anak yang berkualitas yang disesuaikan dengan pola perkembangan diri anak yang sesuai dengan fitrah penciptaan oleh Allah Swt. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar