“Setiap
anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, lalu kedua orangtuanya yang menjadikan ia
Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Baihaqi).
“Apabila manusia mati maka
terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu
bermanfaat, atau anak shaleh yang mendo’akannya.” (HR. Muslim, dari Abu
Hurairah)
Salah satu amal yang tidak pernah terputus pahalanya
sekalipun kita telah meninggalkan dunia ini adalah anak yang shaleh. Doa anak
yang shaleh merupakan salah satu doa yang insya Allah pasti terkabul.
Karenanya, orangtua harus mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Jika tidak, anak
akan tumbuh menjadi seorang yang berkepribadian rusak dan hancur yang pada
gilirannya akan merugikan orangtua itu sendiri.
Sesungguhnya memang tidak mudah memikul beban untuk membesarkan anak hingga menjadi pribadi yang kita harapkan dapat meraih sukses dunia dan akhirat. Apalagi di zaman sekarang ini, di mana banyak tantangan yang harus dihadapi. Semua butuh kesabaran, kerja keras, keikhlasan, dan masih banyak lagi. Karakter dan life skill dibangun melalui interaksi bersama anak setiap hari.
Sesungguhnya memang tidak mudah memikul beban untuk membesarkan anak hingga menjadi pribadi yang kita harapkan dapat meraih sukses dunia dan akhirat. Apalagi di zaman sekarang ini, di mana banyak tantangan yang harus dihadapi. Semua butuh kesabaran, kerja keras, keikhlasan, dan masih banyak lagi. Karakter dan life skill dibangun melalui interaksi bersama anak setiap hari.
Rasulullah
menggunakan diri beliau. Seluruh indra & perangkat tubuh yang ALLAH beri
adalah sarana Rasulullah dalam mendidik anak & cucu beliau. Dan seluruh
perangkat tubuh itu, dikoordinir oleh pusat strategi pendidikan beliau yang
bernama HATI yang lembut penuh kasih sayang. Contoh, seorang bayi dalam
gendongan memipis gamis beliau dan ibu sang bayi yang menunjukkan kekesalannya
malah ditegur oleh Rasul dengan rangkaian kalimat : Air kencing ini dapat aku
cuci, tetapi kaget anakmu tak dapat aku ganti. Belasan abad kemudian yaitu hari
ini, kita memahami bahwa dalam
kepala sel anak terdapat satu trilyun sel halus yang menuntut perlakuan yang
patut agar sel-sel itu tidak rusak. Jika hentakan, bentakan tiada belai
kasih sayang & berbagai contoh lainnya dari ketidakpatutan diterima anak,
mulai dini hingga perjalanan usia berikutnya hingga dewasa, maka ilmu
pengetahuan “menjanjikan“ kegagalan besar yg siap diterima oleh kedua orang
tuanya & semua pihak yang mendidik ketidakpatutan tersebut. Bukan saja
hasil dunianya, tetapi yg
lebih menakutkan adalah hasil akhiratnya.
Mari kita melihat bagaimana Rasulullah SAW dalam berinteraksi
dengan anak. Semua anak yang dididik oleh Nabi SAW mampu mengukir kebesaran.
1.
Menanamkan Nilai-nilai Ketauhidan
Mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah kepada-Nya, menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selain-Nya, tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah. Selain itu, orangtua harus menekankan bahwa setiap langkah manusia selalu dalam pengawasan Allah Swt. dan penerapan konsep tersebut adalah dengan berusaha menaati peraturan dan menjauhi larangan-Nya. Terlebih dahulu, orangtua selaku guru (pertama) bagi anak-anaknya harus mampu menyesuaikan tingkah lakunya dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam. Ini adalah pendidikan yang paling urgen di atas hal-hal penting lainnya.
Mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah kepada-Nya, menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selain-Nya, tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah. Selain itu, orangtua harus menekankan bahwa setiap langkah manusia selalu dalam pengawasan Allah Swt. dan penerapan konsep tersebut adalah dengan berusaha menaati peraturan dan menjauhi larangan-Nya. Terlebih dahulu, orangtua selaku guru (pertama) bagi anak-anaknya harus mampu menyesuaikan tingkah lakunya dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam. Ini adalah pendidikan yang paling urgen di atas hal-hal penting lainnya.
2. Memperhatikan tahapan perkembangan anak dalam mendidik
“Perintahkan anakmu untuk melaksanakan
sholat di saat mereka berusia 7 tahun dan pukullah mereka karena sholat -yakni tidak
mengerjakannya- di saat mereka telah berusia 10 tahun. Dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur” ( HR Abu Daud, Tirmidzi, Ad-Darimi, Ahmad,
Ibnu Abu Syaibah, Ibnu Khuzaimah, Thahawy)
Fase perkembangan anak
•Lahir-1 tahun : masa membangun
kepercayaan
•2-3 tahun : masa membangun
kemandirian
•4-5 tahun : masa membangun
inisiatif.
Aktif dan tegas dalam mengeksplorasi dunia melalui
imajinasi dan pengalaman
•6-12 tahun : masa untuk
berkarya tunjukan prestasi.
Mengembangkan bakat dan kemampuan; mencapai kompetensi.
•Umur 12-18 tahun : Masa mengembangkan
identitas, menerima diri sendiri, dan mandiri
Rasulullah bersabda,“barangsiapa
memiliki anak, hendaknya ia bermain dengannya layaknya anak”
Kisah Rasul dengan cucunya.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menjulurkan lidahnya kepada husain. Husain
melihat merahnya lidahnya dan ia pun tersenyum riang karenanya . Diriwayatkan dari
jabir, ia berkata,”aku menemui Rasulullah SAW & beliau sedang berjalan dengan
4 kakinya, dan di atas punggungnya ada hasan dan husain. Beliau lalu berkata. ”sebaik-baik
onta adalah onta kalian berdua dan sebaik-baik penunggang adalah kalian berdua.”
Kisah anak muda
yang minta ijin berzinah kepada rasul. Cara rasul menanggapinya membantu anak remaja
itu menggunakan pikirannya untuk mengambil keputusan atas dirinya. Penting bagi
anak memiliki kemampuan menyelesaikan masalahnya
sendiri karena sepanjang hidupnya akan selalu menghadapi permasalahan dan pilihan
hidup.
5. Berinteraksilah
dengan lembut kepada anak
Rasulullah shallahu’alaihiwasallam
bersabda,”sesungguhnya, sikap lembut tidak ada pada sesuatu kecuali pasti membuatnya
indah dan tidak dicabut dari sesuatu kecuali pasti mengeruhkannya”. Perlakuan kasar
kepada anak hanya akan membuat anak bertambah membangkang atau bahkan membenci orang
tuanya. Karenanya bersikaplah lemah lembut namun tetap tegas kepada anak.
6. Pujilah anak untuk memotivasinya
Rasulullah memotivasi Abdullah bin umar disaat Abdullah
masih kecil dengan ucapan beliau, ”sebaik-baik lelaki adalah Abdullah bila ia sholat
di malam hari. Setelah mendengar ucapan Rasulullah tersebut, Abdullah tidak tidur
malam kecuali sedikit. Pujian yang baik hendaknya ditujukan kepada perilakunya dan
bukan sekedar memuji orangnya.
Seorang anak, meski kecil, juga
terdiri dari jasad dan hati. Mereka dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci
sehingga hatinya yang putih dan lembut itu pun akan mudah tersentuh dengan
kata-kata yang hikmah. Anak-anak, terutama pada usia emas (golden age),
cenderung lebih mudah tersentuh oleh motivasi ketimbang ancaman. Karenanya,
hendaknya orangtua tidak mengandalkan ancaman untuk mendidik buah hati.
Ketimbang mengancam, lebih baik orangtua memotivasi anak dengan mengatakan
bahwa kebaikan akan mendapat balasan surga dengan segala kenikmatannya. Itu
pulalah yang dicontohkan oleh Rasulullah kepada kita ketika beliau mendidik
para sahabat.
Anas Bin Malik
mengungkapkan,”aku telah melayani Rasulullah selama sepuluh tahun dan beliau tidak
pernah mengatakan hal buruk kepadaku atau mengatakan kepadaku,”mengapa kau lakukan
ini,”atau”mengapa tidak lakukan ini?”
8. Keteladanan (bimbingan melalui perilaku langsung di hadapan anak)
Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam melewati
seorang anak kecil yang sedang menguliti kambing. Beliau lalu berkata kepadanya,”menepilah!
Aku akan memperlihatkan caranya padamu.”beliau lalu memasukkan tangannya antara
kulit dan darah lalu melepaskan kulitnya dari arah tersebut sehingga ketiaknya.
Setiap anak akan belajar dari
lingkungannya dan dalam hal ini lingkungan keluarga akan sangat berpengaruh
pada perkembangan kepribadiannya. Orang-orang di sekelilingnya akan menjadi
model dan contoh dalam bersikap. Sudah selayaknyalah orangtua memberi
keteladanan kepada anak-anaknya. Dalam Islam, keteladanan dari orangtua sangat
menentukan terlebih di zaman sekarang media tontonan tidak dapat diharapkan
menjadi contoh yang baik bagi pembentukan akhlak anak-anak muslim.
9. Mendidik dengan Kebiasaan
Suatu kebaikan harus dimulai dengan pembiasaan. Anak harus dibiasakan bangun pagi agar mereka gemar melaksanakan shalat Subuh. Anak harus dibiasakan ke masjid agar mereka gemar melakukan berbagai ritual ibadah di masjid. Pembiasaan itu harus dimulai sejak dini, bahkan pembiasaan membaca Al-Quran pun bisa dimulai sejak dalam kandungan. Pembiasaan shalat pada anak harus sudah dimulai sejak anak berumur tujuh tahun.
10. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak
Sebagai upaya menumbuhkan rasa percaya diri anak, Rasulullah Saw. menggunakan beberapa cara berikut. Saat sedang berpuasa, Rasulullah mengajak anak-anak bermain sehingga siang yang panjang terasa cepat. Anak-anak akan menyongsong waktu berbuka dengan gembira. Hal ini juga membuat anak memiliki kepercayaan diri sehingga sanggup berpuasa sehari penuh. Sering membawa anak-anak ke majelis orang dewasa, resepsi, atau bersilaturahim ke rumah saudara sebagai upaya menumbuhkan kepercayaan diri sosialnya. Mengajari Al-Quran dan As-Sunnah serta menceritakan sirah nabi untuk meningkatkan kepercayaan diri ilmiahnya.
Suatu kebaikan harus dimulai dengan pembiasaan. Anak harus dibiasakan bangun pagi agar mereka gemar melaksanakan shalat Subuh. Anak harus dibiasakan ke masjid agar mereka gemar melakukan berbagai ritual ibadah di masjid. Pembiasaan itu harus dimulai sejak dini, bahkan pembiasaan membaca Al-Quran pun bisa dimulai sejak dalam kandungan. Pembiasaan shalat pada anak harus sudah dimulai sejak anak berumur tujuh tahun.
10. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak
Sebagai upaya menumbuhkan rasa percaya diri anak, Rasulullah Saw. menggunakan beberapa cara berikut. Saat sedang berpuasa, Rasulullah mengajak anak-anak bermain sehingga siang yang panjang terasa cepat. Anak-anak akan menyongsong waktu berbuka dengan gembira. Hal ini juga membuat anak memiliki kepercayaan diri sehingga sanggup berpuasa sehari penuh. Sering membawa anak-anak ke majelis orang dewasa, resepsi, atau bersilaturahim ke rumah saudara sebagai upaya menumbuhkan kepercayaan diri sosialnya. Mengajari Al-Quran dan As-Sunnah serta menceritakan sirah nabi untuk meningkatkan kepercayaan diri ilmiahnya.
Ada cerita dari pengalaman
seorang ibu yang pendidikannya hanya sampai SD dan memiliki 13 anak, tetapi
semuanya berhasil. Suatu ketika, ada orang yang bertanya kepada si ibu itu,
“Doa apa yang dipakai ibu sehingga semuanya berhasil?” Jawabnya, “Saya dan
suami saya tidak banyak berdoa. Tapi, bila anak saya bersalah atau saya tidak
senang perbuatannya, saya selalu berkata, “Mudah-mudahan Tuhan memberimu petunjuk”.
Jadi, anak ini tidak dimaki, dikutuk, atau dimarahi. Dan, kami kedua orang
tuanya tidak pernah memberi makan mereka dengan makanan yang haram”.
Semoga jika kita mau melakukan perubahan
dalam rangka mencari keridhoan Allah semata, dapatlah Rasulullah memiliki ummat
pengganti dari ummat beliau di zaman emas dahulu, yakni anak-anak kita. Anak yang
kita didik dengan keikhlasan tanpa henti, menyelaraskan semua potensi ruhiyah
& badaniahnya dengan menitikberatkan & berdasarkan pendidikan pada kekuatan
hati nurani, baik yang didik maupun yang mendidik harus kuat
landasan/pijakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar