Kamis, 11 Oktober 2012

STRATEGI MENERAPKAN DISIPLIN KEPADA ANAK


Untuk menerapkan disiplin kepada anak, ada beberapa strategi yang harus diketahui oleh guru dan orang tua. Ddengan mengetahui strategi-strategi seperti ini,orang tua atau guru akan mampu mengambil sikap yang tepat dalam menghadapi perilaku anak yang tidak berdisiplin. Strategi menerapkan disiplin ini, dimulai dari tingkat yang paling minim sampai yang paling tinggi atas keterlibatan orang tua atau guru terhadap tingkah laku anaknya.
1.        Memandang secara visual
Biasanya masalah disiplin muncul, karena tidak ada orang dewasa yang mengawasi anak-anak bermain pada suatu tempat bermain. Anak-anak biasanya ramai atau ribut dalam bermain kalau tidak ada guru yang mengawasinya anak-anak lupa akan aturan dalam bermain, karena tidak ada guru yang mengingatkan kepada aturan-aturan bermain. kita tidak bisa berharap anak-anak dapat bertingkah laku sopan. Bila kita tidak berada di situ.
     Untuk mengatasi masalah itu, adalah dengan cara, guru menemani terus pada saat anak-anak bermain, temanilah anak-anak bermain, lihatlah tingkah laku mereka. Biasanya tingkah laku mereka akan mulai tertib bila ada guru yang mengawasinya. tetapi bila ditinggal saja sebentar, tingkah laku anak-anak akan berubah lagi. Khususnya untuk anak yang lebih besar ( usia 5-6 tahun ) akan terlihat perbedaanya, bila guru hadir di tengah-tengah mereka dengan tidak ada guru.
     Dengan cara melihat da memperhatikan serta menemani anak-anak bermain, guru dalam hal ini menerapkan strategi disiplin dengan cara memandang secara visual gur tidak mengeluarkan kata-kata apapun untuk menertibkan tingkah laku anak-anak. Tetapi hanya melihat dan memperhatikan tingkah laku mereka. Dalam strategi ini kita tidak memberikan aturan apapun, tetapi yang paling penting adalah kehadiran kita.
2.      Pertanyaan-pertanyaan tanpa terarah/tidak langsung
Maksud pernyataan-pernyataan tanpa arah tersebut adalah bila ada anak bermasalah atau tidak tertib dalam bermain maka guru tidak secara langsung menegur anak tersebut agar anak itu tidak kehilangan kontrol dirinya, melainkan dengan cara membuat pernyataan secara tidak langsung  diarahkan kepada anak itu. Contohnya;
“Ada seorang anak melempar batu. Guru tidak langsung melarang anak itu, tetapi guru membuat pernyataan tidak langsung, “batu ini berbahaya, bisa melukai teman yang lainnya”.
     Perhatikan contoh-contoh dibawah ini, kemudian kita mencoba mempraktekannya
a.       Bila ada anak yang mendorong-dorong kursi kebelakang, kita katakan, “kalau kursi didorong kebelakang berbahaya, karena kursi hanya punya kaki dan tidak kuat”
b.      Bila ada anak yang menumpahkan air di lantai, maka kita katakan, “banyak sekali air di lantai, lantainya bisa jadi licin”

3.    Mempertanyakan
Bila strategi disiplin dengan membuat pernyataan tidak berhasil, maka dapat menggunakan strategi disiplin ketiga, yaitu bertanya kepada anak. Dalam hal ini mempertanyakan tingkah laku oleh anak. Berikan pertanyaan kepada anak untuk memberikan kesempatan untuk berfikir dan memberikan jawabannya sendiri. Dalam mempertanyakan juga, kita harus jelaskan situasinya bagaiman. Kita tidak menyuruh anak untuk melakukan sesuatu, tetapi kita hanya menjelaskan apa yang sedang terjadi. Contohnya;
a.    “bagaimana perasaan kamu, bila diejek oleh temanmu?”
b.    “bagaimana perasaan dia, kalau kamu merebut mainanya ?”
c.    “bagaimana perasaan kucing bila diperlakukan dengan kasar ?”
Bagus sekali mempertanyakan kepada anak dengan menggunakan perasaan. Karena anak sangat sensitif dengan perasaanya. Cara-cara tersebut diatas jalan yang positif untuk membentuk disiplin anak. Nampak ada perkembangan dalam strategi disiplin ini, semakin berkembang, semakin banyak campur tangan guru.

4.      Pernyataan-pernyataan langsung

Dalam menerapkan strategi disiplin ini, katakan perasaan kita langsung setelah anak melakukan kesalahan/ tidak disiplin. Tetapi tetapharus menghindari perasaan anak dipersalahkan. Bila ada anak tang tidak disipin, maka tanyakan langsung apa yang terjadi, bagaimana perasaan anak itu. Kita tidak memerintah anak melakukan sesuatu, tetapi memberikan anak pilihan untuk membuat pilihan yang tepat.dalam memberikan pilihan harus sama bobotnya atau pilihan atau sama benarnya. Contoh dalam memberikan pilihan yang tidak sama bobotnya atau pilihan yang salah,
“Anak tidak mau sekolah, ini bukan pilihan yang tepat. Tetapi misalnya ada anak yang berlari-lari dekat mobil dan ini membahayakan bagi anak. Kita memberikan pilihan, misalnya kamu mau berhenti lari atau mau duduk!” ini bukan pilihan yang tepat, karena anak tidak akan membuat berhenti lari-lari atau duduk. Yang benar adalah “ kamu mau duduk atau mau masuk dalam ruangan? Pilihan ini sama bobotnya, supaya anak berhenti lari-lari.
                        Kalau akan membuat pernyataan langsung harus tegas. Dalam membuat pernyataan langsung, supaya lebih terarah, bisa juga disampaikan akibat-akibat yang ditimbulkannya. Pernyatan langsung digunakan, bila tingkah lakunya berkaitan dengan ( perasaan, keselamatan, keadaan tidak aman atau bahaya.

5.      Campur tangan fisik

Mendisiplinkan anak dengan cara campur tangan secara fisik, jangan terlalu sering dilakukan. Bila terlalu banyak melakukan campur tangan secara fisik,anak-anak tidak bisa berfikir untuk dirinya sendiri dan anak tidak mempunyai kontrol dari dalam dirinya sendiri.
Campur tangan secara fisik ini ada beberapa tingkatan, yang paling terendah adalah: Dengan cara mengambil anak kemudian mendudukannya di kursi sambil mengatakan, “kamu harus bergabung dengan kelompok.” Selain itu juga, kita pegang tangan si anak dan jauhkan dari masalah. Atau kita ambil batunya, bila anak sedang memegang batu yang membahayakan temannya. Kita ambil kucingnya, bila dengan anak sedang memerlukan kucing dengan tidak baik atau kita pindahkan anak itu, bila sedang ada anak yang meloncat-loncat di atas kasur atau di atas meja dan sebagainya. Pada dasarnya kita menggunakan tangan untuk menangani anak dengan campur tangan secara fisik ini.
            Bila kita akan menggunakan campur tangan secara fisik kepada anak, kita harus mengatakanya kepada anak. Contohnya, “maaf, ibu harus ambil barang ini dari kamu karena tidak aman.” “maaf, bila kamu tidak berhenti meloncat-loncat di atas kasur, ibu harus pindahkan kamu”.
            Bila kita mengambil dari anak , itu namanya sudah campur tangan secara fisik. Kalau keadaan darurat, kita tidak perlu melalui tahapan-tahapan dalam melaksanakan strategi disiplin ini. tetapi langsung saja dengan cara campur tangan secara fisik, bila anak sedang bermaindengan barang yang membahayakan.
                                    By. Ihsan Faozi
                                                            email.(tsan_fao@yahoo.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar