Menurut perspektif
Islam, pendidikan kanak-kanak ialah proses mendidik, mengasuh dan melatih
rohani dan jasmani mereka berteraskan nilai-nilai baik yang bersumberkan
Al-Quran, Hadis dan pendapat serta pengalaman para ulama. Ia bertujuan
melahirkan " Insan Rabbani" yang beriman, bertakwa dan beramal soleh.
Falsafah pendidikan sebenarnya menekankan aspek rohani dan jasmani, sesuai
dengan kejadian manusia itu sendiri yaang terdiri daripada roh dan jasad. Ianya
melibatkan beberapa peringkat, bermula dari dalam kandungan sehinggalah ia
lahir dan menjadi dewasa.
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna
dibandingkan makhluk makhluk yang lain,untuk itu seyogyanya manusia harus
mempunyai sikap yang lebih baik dari makhluk ciptaan alloh yang lainya,karena
Alloh juga telah memberi akal kita untuk bisa membedakan mana yang baik dan
buruk.seperti yang telah di ajarkan oleh nabi kita muhammad saw.sebelum nabi di
utus oleh alloh untuk mengajarkan akhlak tentunya kita tahu bagaimana kondisi
pada saat itu.sehingga sampai akhirnya nabi di utus oleh alloh untuk menyempurnakan
akhlaq.untuk itu, dalam kehidupan sehari
hari juga harus selalu memegang prinsip
prinsip utama dalam hidup yaitu akhlak,karena dengan akhlak harapanya kita bisa
hidup sesuai yang diajarkan oleh nabi muhammad saw.
Akhir-akhir ini di sekolah sering kita melihat
anak-anak berbuat kurang sopan terhadap guru da temanny,entah sengaja atau
tidak,yang jelas anak-anak sering kali bersikap seenaknya sendiri.hal ini yang
nantinya menimbulkan efek negatif pada dirinya,untuk itu mereka masih sangat
perlu bimbingan kita tentang akhlak,karena anak-anak SD masih sering melupakan
bahwa betapa pentingnya akhlak itu.contohnya Anak-anak ke toilet tanpa minta
ijin, “anak-anak keluar masuk kelas tanpa ijin guru”, “anak-anak bertanya
dengan cara menyeletuk”, dll. Banyak keluhan yang menjadi masalah guru SD yang
dilist oleh teman-teman guru di salah satu SD Islam di Semarang yang sering
saya kunjungi. Intinya, para guru sedang berhadapan dengan masalah karakter
atau etika siswa SD yang tampaknya perlu diperbaiki.
Anak-anak SD berada pada usia pertumbuhan yang sangat pesat. Mereka umumnya
sangat senang bergerak, berteriak, bermain, berbicara, dan sulit diajak diam.
Tetapi mereka memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi kepada gurunya.
Karenanya, ketika berdebat dengan teman-temannya, dia sering membawa nama-nama
guru sebagai bentuk pembelaan, misalnya dengan mengatakan, “Kata Bu Anu, itu
ndak boleh”. Atau, ketika membantah orang tuanya, dia pun membawa-bawa dalil
gurunya.Oleh karenanya, pembelajaran sopan santun di sekolah, perlu
memanfaatkan kepercayaan siswa tsb kepada gurunya. Aturan hendaknya dibuat oleh
guru dengan mengajak siswa untuk merundingkan dan menyepakatinya bersama.
Misalnya, adab murid dalam bertanya, bagaimana sebaiknya aturan mainnya? Apakah
murid bisa langsung bertanya atau perlu mengacungkan tangan terlebih dahulu,
dan meminta ijin untuk bertanya? Misalnya, dengan mengatakan, “Bu, maaf,
bolehkah saya bertanya?” atau “Bu, saya mau tanya”, dll.
Ketika siswa hendak ke toilet,
barangkali perlu mereka belajar kalimat sopan, “Bu, saya mau ijin ke kamar
kecil”, atau “Bu, ijin ke kamar mandi”. Dan sekembalinya dari kamar mandi,
siswa mengucapkan, “Bu, terima kasih”.
Untuk menanamkan kesopanan seperti itu, kita bisa mencontohkan sikap sikap
teladan dari nabi muhammad,mencontohkan perilaku para ulama ter dahulu...
Kalimat yang dipilih adalah kalimat yang baku, karena tidak sekedar sopan
santun yang ingin diajarkan, tetapi juga bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Oleh karena itu, selama siswa belum memahami bagaimana kalimat yang baku untuk
meminta ijin, maka guru hendaknya mengajarkan satu pola kalimat meminta ijin
yang tingkat kesulitannya disesuaikan dengan usia siswa pengguna. Misalnya,
anak kelas 1, kosa katanya masih sederhana, sehingga tidak perlu mengajarkan kalimat
yang panjang-panjang. Cukup yang sederhana, tetapi sudah memuat unsur kesopanan
dan inti masalah yang ingin dia sampaikan.
Anak-anak yang berada di kelas atas (4-6), umumnya semakin sulit diajar dan
jiwa memberontak serta kenakalannya semakin kentara. Itu yang disampaikan oleh
teman-teman guru di sekolah tsb. Memang demikian adanya, namun tidak berarti
mereka tidak bisa diajari sopan santun. Pola yang sama dengan anak kelas rendah
(1-3) dapat diterapkan, yaitu dengan meminta mereka menghafal dan menggunakan
kalimat terpilih ketika hendak minta ijin keluar kelas. Sekalipun pada tahap
awal, mereka akan mengucapkannya sambil bermain-main atau berteriak, guru
jangan berputus asa. Tetaplah koreksi apabila mereka salah atau lupa
mengucapkannya. Anak-anak yang sulit sekali diajari untuk berlaku sopan,
panggilah dia dan ajaklah bicara dari hati ke hati, sebab biasanya si anak
memiliki masalah.
Dengan pola menghafal, diharapkan kalimat terpilih yang memenuhi kriteria
sopan dapat secara spontan dipakainya di manapun, dan lama kelamaan menjadi
kebiasaan yang melekat. Pola membiasakan sebuah adab melalui program hafal
kalimat dan praktek rutin akan lebih mudah diajarkan kepada anak-anak SD kelas rendah. Anak-anak kelas 1 SD biasanya
menganggap gurunya adalah yang paling hebat dan paling benar. Oleh karena itu,
apa yang diajarkan kepada mereka, haruslah perkara yang baik dan benar.Untuk
membentuk anak-anak menjadi generasi yang santun, orang dewasa di sekitarnya
harus merelakan diri membimbing mereka dan tidak boleh bosan melakukannya. Syarifmgz@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar