Minggu, 04 November 2012

Jatuh cinta pada anak kita


“Merupakan hal yang wajar bila kita tidak segera jatuh cinta pada bayi kita saat pertama kali melihatnya...,” demikian sebuah kalimat yang saya ingat dari buku Ensiklopedi Bayi terbitan Erlangga.
Saat itu, saya tercenung. Apakah mungkin orang tua mengalaminya? Bagaimana mungkin orang tua tidak jatuh cinta pada anaknya? Lalu, apa yang terjadi, bila orang tua tidak kunjung mencintai anaknya?
Pertanyaan-pertanyaan ini pun terjawab pada kalimat berikutnya, “Seiring waktu, orang tua akan merasakan jatuh cinta.”
Seiring waktu, itulah ternyata yang dibutuhkan. Sementara itu, pembicaraan tentang waktu, sedikit banyak akan menyinggung apa yang kita namakan kesabaran.
Tidak, saya tidak ingin membicarakan –apalagi berceramah tentang kesabaran. Saya lebih ingin membicarakan pentingnya memperhatikan hal-hal positif dari anak kita. Minimal, kita perlu bersyukur bahwa anak kita senantiasa diberikan Allah Ta’ala kesehatan.
Berikutnya, ada baiknya kita mulai membangkitkan pikiran bahwa setiap anak begitu unik. Setiap anak memiliki paket rejeki yang berbeda-beda dari-Nya. Dalam hal ini, ada baiknya kita membuka hati kita untuk menerima paket rejeki yang berbeda-beda. Sedikit saja kita menolaknya, perasaan tidak nyaman pasti akan muncul. Bila ini diteruskan, tentu rembetannya kemana-mana bukan?
Lebih mendasar lagi, mungkin sudah waktunya bagi kita untuk pasrah kepada-Nya. Apapun yang diberikan oleh-Nya, kita terima. Selanjutnya, kita dapat memikirkan bagaimana cara mengolah anugerah yang diberikan-Nya tersebut.
Kita sudah mengetahui dan memahami betapa Allah Ta’ala memiliki cara yang terkadang jauh dari kemampuan nalar kita. Bila sudah demikian, sudah sekuat apakah pasrah kita kepada-Nya? Dan, seberapa mudah kita menerima dan mencintai anak-anak kita sebagaimana telah ditetapkan oleh-Nya?
Selamat jatuh cinta pada anak-anak kita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar